Rabu, 29 Agustus 2012

Milikku

alam surga terjejer rapi

dalam negeri bak permadani

yang terselip batu permata putri

yang setiapnya terpatri dalam diri

terampung dalam barisan cincin api

yang rakyatnya menghangatkan api

ragam pandang tersebar asri

dari ombak menuju tepi pantai

yang beriringan dalam suasana damai

suguhan alam kami untuk dunia ini

Patriot

jiwa raga kubawa lari

   menerjang api, hitam tombak patri

berkobar semangat membakar diri

         tak seorang pun menghalangi

langkah pasti menuju asa yang pasti
luka menganga tak kurasa lagi
tertiup debu reruntuhan Negeri

              melesat bagaikan peluru api
Demi Negeri...
   terbebas dari lara diri
   semangat yang terdengar penuh arti
menjerit terpaut puing lara hati
melihat Negeri diinjak kompeni
senapan beriring hentakan kaki...
       berteriaklah kami...
MERDEKA!!!

Dosa

tercecer dalam jiwa bernoda rapi
hitam berkabut menutupi putih
alam dunia hanya suka ria
di akhir waktu menyesal juga

kedalam kotak jiwa peluruh raga
mengambil kedalam cangkir sejuat wajah
satu persatu berteriak kesakitan 
setiap cengkram merenggut nyawa
salah seorang diantara hitam dan putihnya

teriris dalam penyesalan lara
termangu ketika pengadilan dibuka
yang beranjak pada kesakitan abadi
merengkuh badan di alam tak mati

Cosmic Dust

starlight bathed dusts, the night haze
vary sun's linked in galaxies form,
counting stars that shines bright white
represent the lights of universe
fell to the embrace of starry night
swam across the sun light's beam
eager to unfold mysteries of farthest sky
where to seek, the places unknown
skyward to heaven where they drove in
edge of the vale of mortal reality

Minggu, 26 Agustus 2012

Moondance


   silenced by the shaded night
   clarity of the moonlight, is
   the shards of the shattered black sky
   falling down to dimming of her soul

   the remnants of her spirit, floating
   lonely, but calmness in her tears
   whispering sound of her lips
   glazing beauty a pair of eyes

   shimmering lights of her heart
   luring their souls out from their body
   beneath the rain of shadowing dream
   they drift off, weaving to their phantasy

Sabtu, 25 Agustus 2012

Malam Hariku

     pendaran sinar bulan malam ini,
     menenggelamkanku dalam kesunyian
     memenjarakanku dalam jeruji waktu
     yang tak berujung, kapanpun itu

     hamparan lentera langit malam
     sinar yang tak kunjung lelah
     dari suasana jiwa yang tercermin
     oleh kesepian yang merasuk dalam

     pupus dalam alunan denting waktu
     yang tak selamanya, pasti berakhir
     satu malam itupun juga, tertulis rapi
     dalam lembaran hidup laluku

Separuh Aku

terdiam dalam renungan masa lalu,
yang menjadi pilu dalam sesingkat waktu
dalam hati bertanya, akankah berlalu?
pikirku melayang, jatuh ke pelukanmu

meski terhambat oleh potongan kaca lalu
aku masih mencarimu, dalam pedihku
serasa mati laguku, menyingkap abu-abu
masih memimpikanmu, tapi terpaku

kakiku tak bisa melangkah lagi, ditempatmu
tanganku tak bisa lagi, memelukmu
mataku tak bisa lagi, melihatmu
tapi hatiku masih tetap bersamamu